BETAPA MANISNYA GADIS MENUTUP AURAT

BETAPA MANISNYA GADIS MENUTUP AURAT
BETAPA MANISNYA GADIS MENUTUP AURAT

Khamis, 15 November 2012

HE-MERGE FROM ISTANBUL

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahawa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahawa Heraclius 1) berkirim surat kepada Abu Sufyan menyuruh ia datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy.2) Waktu itu Rasulullah sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan dan dengan orang-orang kafir Quraisy.3) Mereka datang mengadap Heraclius di Ilia.4) terus masuk kedalam majlisnya, dihadapi oleh pembesar-pembesar Rumawi. Kemudian Heraclius memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Jurubahasanya. Heraclius berkata, “Siapa diantara anda yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan laki-laki yang mengaku dirinya sebagai nabi itu?” Jawab abu Sufyan. “Saya! Saya keluarganya yang terdekat dengannya.” Berkata Heraclius (kepada jurubahasanya), “Suruh dekat-dekatlah dia kepadaku. Dan suruh pula para sahabatnya duduk di belakangnya.” Kemudian berkata Heraclius kepada Jurubahasanya. “Katakan kepada mereka saya akan bertanya kepada orang ini (Abu sufyan). Jika dia berdusta, suruhlah mereka mengatakan bahawa dia berdusta.” Kata Abu Sufyan, “Demi Allah! Jika tidaklah aku takut akan mendapat malu, kerana aku dikatakan dusta, niscaya maulah aku berdusta” Pertanyaannya yang pertama. “Bagaimanakah turunannya dikalanganmu?” Aku menjawab. “Dia turunan bangsawan di kalangan kami.” Heraclius. “Pernahkah orang lain mengumandangkan apa yang telah dikumandangkannya.?” Jawabku. “Tidak pernah” Heraclius. “Adakah diantara nenek moyangnya yang menjadi raja?” Jawabku. “Tidak” Heraclius. “Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia atau orang-orang biasa?” Jawabku. “Hanya terdiri dari orang-orang biasa.” Heraclius. “Apakah pengikutnya semakin bertambah atau semakin berkurang?” Jawabku. “Bahkan selalu bertambah” Heraclius. “Adakah diantara mereka yang murtad, 5) kerana mereka benci kepada agama yang dipeluknya itu?” Jawabku. “Tidak” Heraclius. “Pernahkah dia melangar janji?” Jawabku. “Tidak! Dan sekarang, kami sedang dalam perjanjian damai dengan dia. Kami tidak tahu apa yang akan diperbuatnya dengan perjanjian itu.” Keterangan: 1) Heraclius , Raja Rumawi Timur yang memerintah tahun 610-630 M. 2) Quraisy, nama suku bangsawan tinggi di Mekkah. 3) Perjanjian damai, yaitu perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H. 4) Ilia, yakni Baitul Maqdis (Jerusalem) 5) Murtad, artinya kembali menjadi kafir sesudah beriman. Kata Abu sufyan menambahkan, “Tidak dapat aku menambah kalimat lain agak sedikitpun selain kalimat itu.” 1) Heraclius. “Pernahkah kamu berperang dengannya?” Jawabku. “Pernah” Heraclius. “Bagaimana perperanganmu itu?” Jawabku. “Kami kalah dan menang silih berganti. Dikalahkannya kami dan kami kalahkan pula dia.” Heraclius. “Apakah yang diperintahkannya kepada kamu sekelian?” Jawabku. “Dia menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan oleh nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakkan solat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempereratkan persaudaraan.” Kata Heraclius kepada Jurubahasanya, “Katakan kepadanya (Abu Sufyan), saya tanyakan kepadamu tentang turunannya (Muhammad) ,kamu jawab dia bangsawan tinggi. Bergitulah rasul-rasul terdahulu, diutus dari kalangan bangsawan tinggi kaumnya.” Saya tanyakan. “Apakah salah seorang di antara kamu yang pernah mengumandangkan ucapan sebagai yang diucapkannya sekarang.” Jawabmu. “Tidak” Kalau ada seseorang yang pernah mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang, nescaya aku katakan, “Dia meniru-niru ucapan yang diucapkan orang dahulu itu.” Saya tanyakan. “Adakah di antara nenek moyangnya yang jadi raja.” Jawabmu. “Tidak ada” Kalau ada diantara nenek moyangnya yang menjadi raja, nescaya kukatakan. “Dia hendak menuntut kembali kerajaan nenek moyangnya.” Saya tanyakan. “Apakah kamu menaruh curiga kepadanya bahawa ia dusta, sebelum ia mengucapkan apa yang diucapkannya sekarang.?” Jawabmu. “Tidak!” Saya yakin dia tidak akan berdusta terhadap manusia apalagi terhadap Allah. Saya tanyakan. “Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah dari orang-orang biasa.” Jawabmu. “Orang-orang biasa” Memang mereka jualah yang menjadi pengikut Rasul-rasul. Saya tanyakan. “Apakah pengikutnya makin bertambah banyak atau semakin kurang?” Jawabmu. “Mereka bertambah banyak.” Bigitulah halnya sehingga sempurna. Saya tanyakan. “Adakah di antara mereka yang murtad kerana benci kepada agama yang dipeluknya,setelah mereka masuk kedalamnya.?” Jawabmu. “Tidak” Bergitulah iman, apabila ia telah mendarah-daging sampai ke jantung hati. Saya tanyakan. “Apakah ia melanggar janji?” Kamu jawab. “Tidak!” Bergitu jugalah segala Rasul-rasul yang terdahulu, mereka tidak suka melanggar janji.” Saya tanyakan. “Apakah yang disuruhkannya kepada kamu sekelian?” Kamu jawab. “Ia menyuruh menyembah Allah semata-mata, dan melarang mempersekutukan-Nya. Dilarangnya pula menyembah berhala, disuruhnya menegakkan solat, berlaku jujur dan sopan (teguh hati).” “Jika yang kamu terangkan itu betul semuanya, nescaya dia akan memerintah sampai ke tempat aku berpijak di kedua telapak kakiku ini. Sesungguhnya aku telah tahu ia akan lahir. Tetapi aku tidak mengira dia akan lahir dari kalangan kamu sekalian. Sekiranya aku yakin akan dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah payah aku akan berusaha datang menemuinya. Kalau aku telah berada di dekatnya. Akan kucuci kedua telapak kakinya.” Kemudia Heraclius meminta surat Rasulullah saw. yang dihantarkan oleh Dihyah kepada pembesar negeri Bushra, yang kemudian diteruskannya kepada Heraclius. Lalu dibacanya surat itu, yang isinya sebagai berikut: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, Hamba Allah dan Rasul-Nya. Kepada Heraclius, Kaisar Rumawi. Kesejahteraan kiranya untuk orang yang mengikut pertunjuk. Kemudian, sesungguhnya saya mengajak anda memenuhi panggilan Islam. Islamlah! Pasti Anda Selamat. Dan Allah memberi pahala kepada Anda dua kali lipat. Tetapi jika Anda enggan, nescaya Anda akan memikul dosa seluruh rakyat. Hai, Ahli Kitab! Marilah kita bersatu dalam satu kalimah (prinsip) yang sama antara kita, yaitu supaya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Dan janganlah sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain menjadi tuhan selain daripada Allah. Apabila Anda enggan menuruti ajakan ini, akuilah bahawa kami ini Muslim!” Kata Abu sufyan. “Selesai mengucapkan perkataannya dan membaca surat itu, ruangan menjadi heboh dan hiruk-pikuk; kami pun disuruh orang keluar. Sampai di luar, aku berkata kepada kawan-kawan. “sesungguhnya menjadi masalah besar urusah Anak abu Kabsyah. 2) Sehingga raja bagsa kulit kuning itu pun takut kepadanya. Aku yakin , Muhammad pasti menang. Sehingga oleh kerananya Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku.” Keterangan: 1) Jawapan Abu sufyan tidak dicukupkannya saja dengan kata “tidak”, tetapi ditambahkannya bahawa ia tidak tahu apakah Nabi Muhammad masih setia kepada janjinya atau tidak. Seakan-akan terbayang baginya kalau-kalau Nabi Muhammad melanggar janji setelah meninggalkan Mekkah. 2) Anak Abu Kabsyah, yakni nama ejekan yang dipanggilkan orang kafir Mekkah kepada Nabi Muhammad. Kerana waktu kecil nabi dipelihara oleh Halimah, yang suaminya bernama Abu Kabsyah. Ibnu Nathur, pembesar negeri Ilia, sahabat Heraclius dan Uskup. 1) Nasrani di Syam, dia menceritakan, “Ketika Heraclius datang ke Ilia, ternyata pikirannya sedang kacau. Oleh sebab itu banyak diantara pendita yang berkata: “kami sangat heran melihat sikap anda.” Selanjutnya kata Ibnu Nathur, “Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendita yang bertanya kepadanya: Pada suatu malam ketika saya melihat Raja Khithan telah lahir. 2) Siapakah di antara umat ini yang telah dikhitan?” Jawab para pendita itu. “Yang berkhitan hanyalah orang Yahudi. Janganlah Anda risau kerana orang Yahudi itu. Perintahkan saja ke seluruh negeri dalam kerajaan Anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri itu dibunuh.” Ketika itu dihadapkan kepada heraclius seorang utusan Raja Bani Ghassan untuk menceritakan perihal Rasulullah saw. setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia periksa, apakah dia berkhitan atau tidak. Setelah diperiksa, ternyata memang dia berkhitan. Lalu diberitahukan orang kepada Heraclius. Heralius bertanya kepada orang itu tentang orang-orang Arab lainnya. “Dikhitankah mereka atau tidak?” Jawabnya, “Orang-orang Arab itu dikhitan semuanya.” Heraclius berkata. “Inilah raja umat. Sesungguhnya dia telah lahir.” Kemudian Heraclius berkirim surat kepada sahabatnya di Roma. 3) yang ilmunya setaraf dengan Heraclius (menceritakan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw. ) Dan sementara itu ia meneruskan perjalanannya ke negeri Hims. 4) Tetapi sebelum dia sampai di Hims, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba lebih dahulu. Sahabanya itu menyetujui pendapat Heraclius bahawa Muhammad telah lahir dan beliau memang seorang Nabi. Heraclius mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Hims. Setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci setiap pintu. Kemudian dia berkata, “Wahai bangsa Rum! Maukah Anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad itu sebagai Nabi!” Mendengar ucapan itu mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah dikunci. Melihat keadaan sedemikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan iman (percaya kepada Nabi Muhammad saw) Lalu diperintahkannya supaya mereka kembali ke tempat masing-masing seraya berkata, “Sesungguhnya sayan mengucapkan perkataan saya tadi, hanyalah sekadar menguji keteguhan hati Anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu.” Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan